Lingkungan Hidup

Dahulu, Indonesia dikenal sebagai sebuah negeri yang subur. Negeri kepulauan yang membentang di sepanjang garis katulistiwa yang ditamsilkan ibarat untaian zamrud berkilauan sehingga membuat para penghuninya merasa tenang, nyaman, damai, dan makmur. Tanaman apa saja bisa tumbuh di sana. Bahkan, tongkat dan kayu pun, menurut versi Koes Plus, bisa tumbuh jadi tanaman yang subur.

Namun, seiring dengan berkembangnya peradaban umat manusia, Indonesia tidak lagi nyaman untuk dihuni. Tanahnya jadi gersang dan tandus. Jangankan tongkat dan kayu, bibit unggul pun gagal tumbuh di Indonesia. Yang lebih menyedihkan, dari tahun ke tahun, Indonesia hanya menuai bencana. Banjir bandang, tanah longsor, tsunami, atau kekeringan seolah-olah sudah menjadi fenomena tahunan yang terus dan terus terjadi. Sementara itu, pembalakan hutan, perburuan satwa liar, pembakaran hutan, penebangan liar, bahkan juga illegal loging (nyaris) tak pernah luput dari agenda para perusak lingkungan. Ironisnya, para elite negeri ini seolah-olah menutup mata bahwa ulah manusia yang bertindak sewenang-wenang dalam memperlakukan lingkungan hidup bisa menjadi ancaman yang terus mengintai setiap saat.

Bukan hanya itu saja tetapi akibat kerusakan lingkungan juga mengakibatkan terjadinya perubahan iklim khususnya di Indonesia. Beberapa daerah tertentu di Indonesia sangat rentan terhadap beragam bahaya perubahan iklim. Meskipun temperatur udara di Indonesia kemungkinan akan mengalami sedikit kenaikan, perubahan iklim akan mengakibatkan curah hujan yang lebih besar dan kenaikan permukaan laut. Masyarakat dan ekosistem yang sangat rentan terhadap risiko perubahan iklim berada di Jawa, Bali, beberapa bagian Sumatra dan sebagian besar Papua. Pemanasan laut juga akan berpengaruh pada keanekaragaman hayati laut dan sangat berbahaya bagi terumbu karang, yang sebelumnya telah risiko pemutihan. Dampak potensial dari pembangunan meliputi :
– Peningkatan ancaman terhadap ketersediaan pangan
– Penurunan produktivitas pertanian
– Banjir yang melanda zona dan komunitas pesisir yang produktif
– Hilangnya mata pencaharian usaha tani dan pesisir
– Peningkatan intensitas penyakit yang ditularkan melalui air dan vektor.

Dampak ekonomi dari perubahan iklim di Indonesia akan tinggi. Tanpa mempertimbangkan dampak nonpasar dan risiko bencana, kerugian PDB rata-rata diproyeksikan mencapai 2,5 persen di tahun 2100.

Akar penyebab
Tingkat emisi gas rumah kaca yang tinggi di Indonesia disebabkan oleh deboisasi, kebakaran hutan dan degradasi lahan, khususnya lahan gambut. Emisi gas telah diatur dalam kebijakan dan peraturan perundang-undangan yang tepat namun pelaksanaan dan penegakkannya masih lemah. Selain itu, inisiatif-inisiatif seperti perluasan produksi biofuel dan revitalisasi industri kehutanan dapat memperburuk emisi gas jika tidak direncanakan dengan hati-hati. Emisi dari sektor energi relatif kecil namun semakin meningkat dengan pesat bahkan lebih cepat daripada pertumbuhan ekonomi. Akar penyebab masalah di bidang ini mencakup pelaksanaan program perluasan pembangkit listrik tenaga batu bara oleh Pemerintah RI dan rintangan terhadap pengembangan sumber energi yang dapat diperbaharui. Akhirnya, perencanaan atau investasi untuk mengurangi dampak emisi masih relatif sedikit, dan adaptasi dengan perubahan iklim.

Kesadaran masyarakat penting dalam upaya mengatasi masalah lingkungan di Indonesia, dari risiko bencana alam sampai konservasi biodiversitas. Masyarakat yang terinformasi dan sadar dapat mengambil tindakan untuk mengatasi masalah-masalah lingkungan dan dapat membentuk kelompok untuk peningkatan upaya penanganan di tingkat politik maupun pemerintah daerah. Namun, di tingkat yang lebih luas, nilai-nilai lingkungan belum tertanam dengan kuat pada masyarakat sehingga mereka kurang menghargai sumber daya alam dan pelayanan lingkungan. Partisipasi dan suara dalam pengambilan keputusan merupakan unsur penting dalam penyelenggaraan yang baik. Bencana-bencana lingkungan yang baru-baru ini terjadi (banjir, lumpur, kebakaran, erosi) memang telah mendorong perhatian yang lebih besar kepada masalah lingkungan, namun pengkajian lebih lanjut mengenai pengetahuan, sikap dan praktek masih perlu dilakukan untuk mengetahui sampai sejauh mana pemahaman ini mencapai masyarakat di luar pusat-pusat perkotaan, dan apa saja sarana yang paling cocok untuk membangun kesadaran masyarakat.

Setelah Anda membaca tulisan ini semoga Anda tersadar untuk dapat menghargai lingkungan yang telah memberikan banyak manfaat. Dan bersyukurlah kepada Tuhan karena telah menciptakan lingkungan beserta isinya yang dapat dimanfaatkan oleh manusia.

9 komentar di “Lingkungan Hidup

Tinggalkan Balasan ke widyaucit Batalkan balasan